Pagi ini aku menggelar tikar lagi di jok belakang mobil.
Karena sudah yang ke sekian kalinya, orang mungkin tahu...
itu tandanya Brunette mau bepergian naik mobil.
Biasanya, dia memang duduk di atas tikar, yang digelar di jok belakang.
Pagi ini Brunette memang kembali naik mobil...,
mobil yang sudah sering membawanya ke mana-mana.
Sayang pagi tadi Brunette tidak duduk di atas jok...
tidak lagi menongolkan kepala ke jendela, untuk sekali-sekali
ikut melihat pemandangan di jalan.
Brunette tidak juga sesekali memaksa untuk menjulurkan lehernya ke depan...
supaya bisa berada di antara jok kiri dan kanan, di dekat tongkat persneling
dan ikut melihat lalu lintas di depan sambil satu-dua kali meneteskan liurnya.
Pagi ini Brunette berada di jok belakang, di atas tikar, dalam posisi terbaring.
Tubuh Brunette sudah dingin dan terbungkus kain.
Brunette memang sudah terbang ke surga kemarin malam
(Senin 27/12) sekitar jam 22.40.
"Infeksi rahim," itu kata dokternya yang sebenarnya berencana mengoperasi Brunette Selasa pagi ini.
Selamat tinggal Brunette.
Kamu pasti senang di sana. Tidak kepanasan, tidak gatel-gatel lagi.
Kami tentu akan selalu mengenang kamu.
Selasa, 28 Desember 2010
Peristirahatan Brunette
Selasa (28/12) sekitar jam 09.45 Brunette dimakamkan
di halaman depan rumah kita...
rumah yang selama hampir 7 tahun
memberi inspirasi buat Brunette untuk
menampilkan dirinya sebebas-bebasnya.
Brunette masuk ke peristirahatannya yang terakhir
ditemani rantai leher yang paling disenanginya...
dan selembar roti tawar.
Makanan yang paling digilainya...,
bahkan ketika hidupnya tinggal beberapa jam.
di halaman depan rumah kita...
rumah yang selama hampir 7 tahun
memberi inspirasi buat Brunette untuk
menampilkan dirinya sebebas-bebasnya.
Brunette masuk ke peristirahatannya yang terakhir
ditemani rantai leher yang paling disenanginya...
dan selembar roti tawar.
Makanan yang paling digilainya...,
bahkan ketika hidupnya tinggal beberapa jam.
Rabu, 15 Desember 2010
Perekat Lalat
Kotoran Unet yang besar dan sering tidak padat memang menimbulkan masalah. Selain menyebarkan bau tidak sedap, masalah lainnya adalah hadirnya banyak lalat.
Untuk mengatasi bau, beberapa kali halaman depan disemprot atau disiram karbol. Tapi, untuk mengatasi lalat, agak sulit. Pernah mama Janice menyemprotnya dengan obat serangga. Namun, tempat yang perlu disemprot terlalu luas. Selain itu, baunya pun kurang sedap dan tidak sehat.
Suatu hari mama Janice mencoba mengatasi lalat dengan lem lalat. Mungkin kamu sudah tahu, bentuknya seperti sedotan plastik panjang (yang sekelilingnya dilumuri perekat kuat) lalu ditancapkan pada sebuah tempat yang membuatnya dapat berdiri.
Ternyata cara ini cukup ampuh. Dalam waktu singkat puluhan lalat tertangkap dan mati di batang plastik yang diletakkan di pelataran tempat Acos dan Unet bermain itu. Lalu, mungkin kamu ingin bertanya, "apakah benda tersebut tidak diutak-atik Unet; dia kan tidak bisa diam."
Kamu boleh percaya atau tidak, Unet sama sekali tidak mengganggu lem-lalat tersebut. Benar. Tapi, itu hanya berjalan satu hari. Pada hari kedua, dia tidak tahan lagi dan lem-lalat itu pun dicium-ciumnya bahkan diobrak-abriknya.
Hasilnya kamu bisa tebak, plastik merah mirip sedotan itu menempel di hidung Unet. Puluhan lalat jadinya menempel di berbagai bagian tubuhnya, terutama di hidung dan kepala. Lalu, waktu dia berusaha melepas benda itu dengan kaki depannya, lem-lalat itu, beserta lalat-lalatnya pindah ke kakinya. Akhirnya Unet perlu dibantu mbak untuk membebaskan diri dari lem-lalat tersebut.
Tapi, namanya juga Unet, dia tidak jera. Esok harinya dia masih iseng bermain dekat perekat itu. Akibatnya, lalat-lalat mati itu kembali menempel di badannya dan paling banyak di telinganya. Saking sulitnya membersihkan bulu Unet dari lalat, kali ini sejumlah bulunya terpaksa digunting.
Untuk mengatasi bau, beberapa kali halaman depan disemprot atau disiram karbol. Tapi, untuk mengatasi lalat, agak sulit. Pernah mama Janice menyemprotnya dengan obat serangga. Namun, tempat yang perlu disemprot terlalu luas. Selain itu, baunya pun kurang sedap dan tidak sehat.
Suatu hari mama Janice mencoba mengatasi lalat dengan lem lalat. Mungkin kamu sudah tahu, bentuknya seperti sedotan plastik panjang (yang sekelilingnya dilumuri perekat kuat) lalu ditancapkan pada sebuah tempat yang membuatnya dapat berdiri.
Ternyata cara ini cukup ampuh. Dalam waktu singkat puluhan lalat tertangkap dan mati di batang plastik yang diletakkan di pelataran tempat Acos dan Unet bermain itu. Lalu, mungkin kamu ingin bertanya, "apakah benda tersebut tidak diutak-atik Unet; dia kan tidak bisa diam."
Kamu boleh percaya atau tidak, Unet sama sekali tidak mengganggu lem-lalat tersebut. Benar. Tapi, itu hanya berjalan satu hari. Pada hari kedua, dia tidak tahan lagi dan lem-lalat itu pun dicium-ciumnya bahkan diobrak-abriknya.
Hasilnya kamu bisa tebak, plastik merah mirip sedotan itu menempel di hidung Unet. Puluhan lalat jadinya menempel di berbagai bagian tubuhnya, terutama di hidung dan kepala. Lalu, waktu dia berusaha melepas benda itu dengan kaki depannya, lem-lalat itu, beserta lalat-lalatnya pindah ke kakinya. Akhirnya Unet perlu dibantu mbak untuk membebaskan diri dari lem-lalat tersebut.
Tapi, namanya juga Unet, dia tidak jera. Esok harinya dia masih iseng bermain dekat perekat itu. Akibatnya, lalat-lalat mati itu kembali menempel di badannya dan paling banyak di telinganya. Saking sulitnya membersihkan bulu Unet dari lalat, kali ini sejumlah bulunya terpaksa digunting.
Nasi di Ujung Hidung
Unet selalu makan dengan lahap, penuh semangat dan cepat. Karena itu, saat dia makan juga merupakan tontonan yang menarik. Hiburan yang menarik biasanya terjadi kalau dia berhenti makan.
Karena makanannya juga mengandung nasi, sering kali nasi-nasi itu menempel di ujung hidungnya yang hitam. Tidak hanya satu atau dua butir nasi, tapi bisa segumpal. Kamu bisa membayangkannya tidak? Lucu deh.
Tentu saja Janice dan orang tuanya pada mentertawakannya dari balik jendela. Sementara Unet jelas tidak tahu apa yang terjadi. Dia tidak sadar bahwa hidung badutnya ditertawakan karena banyak nasi.
Dengan cuek, biasanya Unet akan naik ke bangku (seperti biasa) lalu menempelkan wajahnya di situ untuk mengintip ke dalam. Hasilnya, butiran-butiran nasi itupun melekat di kaca jendela.
Karena tahu Unet rakus dan makannya terburu-buru, dia sering digoda juga oleh papa Janice. Biasanya, saat Unet tengah asik-asiknya makan, papa Janice akan memanggilnya, "pssstt!" Mendapat panggilan seperti itu pasti Unet secara tiba-tiba akan menghentikan makannya, mengangkat kepalanya dari rantang lalu menoleh ke arah datangnya suara. Saat-saat seperti itu pasti ada nasi di ujung hidungnya dan orang-orang pun tertawa melihatnya. Kasihan Unet, dia tidak sadar dirinya dikerjai.
Unet juga sering tidak tahu diri. Dalam keadaan hidungnya berlepotan nasi, dia suka mengajak Acos bermain. Biarpun Acos tidak mau, dia terus memaksa dan mencium-ciumi badan Acos. Akibatnya, nasi-nasi dari hidung Unet akan pindah ke badan Acos.
Walaupun begitu, bukan berarti Acos tidak seperti Unet kalau makan. Tetap saja Acos juga berlepotan dan nasi sering pula menempel di pucuk hidungnya. Papa Janice pun sering menggoda Acos kalau sedang makan. Tapi, Unet memang lebih lucu.
Karena makanannya juga mengandung nasi, sering kali nasi-nasi itu menempel di ujung hidungnya yang hitam. Tidak hanya satu atau dua butir nasi, tapi bisa segumpal. Kamu bisa membayangkannya tidak? Lucu deh.
Tentu saja Janice dan orang tuanya pada mentertawakannya dari balik jendela. Sementara Unet jelas tidak tahu apa yang terjadi. Dia tidak sadar bahwa hidung badutnya ditertawakan karena banyak nasi.
Dengan cuek, biasanya Unet akan naik ke bangku (seperti biasa) lalu menempelkan wajahnya di situ untuk mengintip ke dalam. Hasilnya, butiran-butiran nasi itupun melekat di kaca jendela.
Karena tahu Unet rakus dan makannya terburu-buru, dia sering digoda juga oleh papa Janice. Biasanya, saat Unet tengah asik-asiknya makan, papa Janice akan memanggilnya, "pssstt!" Mendapat panggilan seperti itu pasti Unet secara tiba-tiba akan menghentikan makannya, mengangkat kepalanya dari rantang lalu menoleh ke arah datangnya suara. Saat-saat seperti itu pasti ada nasi di ujung hidungnya dan orang-orang pun tertawa melihatnya. Kasihan Unet, dia tidak sadar dirinya dikerjai.
Unet juga sering tidak tahu diri. Dalam keadaan hidungnya berlepotan nasi, dia suka mengajak Acos bermain. Biarpun Acos tidak mau, dia terus memaksa dan mencium-ciumi badan Acos. Akibatnya, nasi-nasi dari hidung Unet akan pindah ke badan Acos.
Walaupun begitu, bukan berarti Acos tidak seperti Unet kalau makan. Tetap saja Acos juga berlepotan dan nasi sering pula menempel di pucuk hidungnya. Papa Janice pun sering menggoda Acos kalau sedang makan. Tapi, Unet memang lebih lucu.
Senyum Alami
Kamu masih ingat kan, waktu Acos masih kecil dia dikerjai oleh Janice yang juga masih kecil denan dipotong kumisnya sampai habis. Janice juga memaksa Acos untuk belajar bicara.
Pada Unet, yang dilakukan Janice lain lagi. Janice melatih Unet supaya bisa tersenyum.
Kejadiannya dimulai ketika Unet duduk bersama Janice di jok belakang mobil. Janice yang memperhatikan wajah Unet dari dekat rupanya melihat bahwa anjingnya selalu cemberut. "Kamu mesti belajar jadi anjing yang ramah Net," kata Janice.
Unet diam saja mendengar perkataan Janice. Tidak heran, Janice menjadi sebal. Kata Janice, "koq dikasih tahu diam saja sih Net!? Kamu itu harus banyak senyum."
Karena melihat anjingnya masih diam saja, dengan gemas Janice memegang mulut Unet dengan kedua tangannya. Ditarik-tariknya bagian bawah mulut Unet hingga sedikit terbuka. "Nah, itu bisa senyum," kata Janice lagi.
Tapi, Janice belum puas. Dia berkata lagi pada Unet, "kalau senyum tuh tidak boleh asal senyum, harus alami. Namanya senyum alami."
Lagi-lagi Unet cuma diam. Karena itu Janice memegang lagi mulut Unet dengan kedua tangannya hingga mulut Unet sedikit terbuka. "Yang namanya senyum alami kaya gini. Giginya mesti kelihatan dikit," ucap Janice lagi.
Tentu saja Unet kembali diam dan pasrah. Karena itu Janice terus memberi ceramah pada anjingnya. Menurut Janice, selama ini Unet terlihat kurang fotogenik. Jadinya, Unet sering terlihat kurang menarik pada foto-foto.
Janice juga berkata pada Unet supaya belajar dari Acos. Kata Janice, "Acos itu fotogenik lho Net. Lihat deh, foto Acos kan keren-keren." Menurut Janice lagi, senyum Acos itu bagus karena gigi-giginya yang kecil terlihat sedikit. "Itu namanya senyum alami Net," kata Janice yang kembali ditanggapi Unet dengan diam.
Pada Unet, yang dilakukan Janice lain lagi. Janice melatih Unet supaya bisa tersenyum.
Kejadiannya dimulai ketika Unet duduk bersama Janice di jok belakang mobil. Janice yang memperhatikan wajah Unet dari dekat rupanya melihat bahwa anjingnya selalu cemberut. "Kamu mesti belajar jadi anjing yang ramah Net," kata Janice.
Unet diam saja mendengar perkataan Janice. Tidak heran, Janice menjadi sebal. Kata Janice, "koq dikasih tahu diam saja sih Net!? Kamu itu harus banyak senyum."
Karena melihat anjingnya masih diam saja, dengan gemas Janice memegang mulut Unet dengan kedua tangannya. Ditarik-tariknya bagian bawah mulut Unet hingga sedikit terbuka. "Nah, itu bisa senyum," kata Janice lagi.
Tapi, Janice belum puas. Dia berkata lagi pada Unet, "kalau senyum tuh tidak boleh asal senyum, harus alami. Namanya senyum alami."
Lagi-lagi Unet cuma diam. Karena itu Janice memegang lagi mulut Unet dengan kedua tangannya hingga mulut Unet sedikit terbuka. "Yang namanya senyum alami kaya gini. Giginya mesti kelihatan dikit," ucap Janice lagi.
Tentu saja Unet kembali diam dan pasrah. Karena itu Janice terus memberi ceramah pada anjingnya. Menurut Janice, selama ini Unet terlihat kurang fotogenik. Jadinya, Unet sering terlihat kurang menarik pada foto-foto.
Janice juga berkata pada Unet supaya belajar dari Acos. Kata Janice, "Acos itu fotogenik lho Net. Lihat deh, foto Acos kan keren-keren." Menurut Janice lagi, senyum Acos itu bagus karena gigi-giginya yang kecil terlihat sedikit. "Itu namanya senyum alami Net," kata Janice yang kembali ditanggapi Unet dengan diam.
Nyaris Matiii
Percaya tidak, sifat Acos yang seperti kakek-kakek dan tukang kubur itu pernah membuatnya hampir mati. Benar; dan tidak hanya sekali, tapi dua kali.
Kejadiannya bermula dari dalam rumah saat papa Janice memberi Acos sebuah ceker ayam. Selama ini Acos memang suka pada makanan tersebut. Tapi, entah kenapa kali itu Acos tidak melahapnya. Dia cuma menciuminya berkali-kali lalu membawanya mondar-mandir tidak karuan di dalam rumah.
Ketegangan dimulai ketika tiba-tiba Janice membuka pintu karena hendak pergi ke rumah temannya. Saat pintu terbuka, tanpa diduga Acos nyelonong ke luar dengan membawa ceker ayam di mulutnya (mungkin dia hendak menguburnya di luar).
Papa Janice terlambat menyadari hal itu. Acos sudah keburu ke luar dan langsung berhadapan muka dengan Unet. Si rakus ini memang sudah cukup lama menunggu di muka pintu hendak masuk.
Jelas, anjing seegois Unet tidak rela ada anjing lain membawa-bawa makanan di depannya. Apalagi, anjing itu hanya seukuran Acos. Hatinya selalu berkata, "makanan itu harus jadi milikku."
Unet hanya mengeluarkan bunyi menggerung sebentar dengan kepala tertunduk, tepat di atas tengkuk Acos. Setelah itu, Unet langsung menerkam Acos dengan suara yang mengerikan. Keduanya pun berguling dengan gigi Unet yang besar-besar menggigit tengkuk Unet.
Mengharapkan Unet menghentikan serangannya jelas tidak mungkin. Karena itu, tiada jalan lain. Papa Janice pun terjun di tengah pertarungan. Dia berusaha membuka dan melepas mulut Unet dari leher Acos. Tapi, tenaga Unet yang besar akhirnya membuat papa Janice ikut terguling juga.
Untunglah, setelah kepalanya dipukul papa Janice entah berapa kali, Unet melepaskan gigitannya. Dia pun menjauh dengan membawa ceker ayam incarannya.
Sementara itu, Acos terdiam di sudut. Dia tampaknya shock dengan serangan yang didapatnya. Lehernya di bagian samping juga mengeluarkan darah cukup banyak. Papa Janice pun terluka tangannya dan meneteskan darah beberapa kali. Untunglah, beberapa hari kemudian luka mereka dapat sembuh sendiri.
Kejadiannya bermula dari dalam rumah saat papa Janice memberi Acos sebuah ceker ayam. Selama ini Acos memang suka pada makanan tersebut. Tapi, entah kenapa kali itu Acos tidak melahapnya. Dia cuma menciuminya berkali-kali lalu membawanya mondar-mandir tidak karuan di dalam rumah.
Ketegangan dimulai ketika tiba-tiba Janice membuka pintu karena hendak pergi ke rumah temannya. Saat pintu terbuka, tanpa diduga Acos nyelonong ke luar dengan membawa ceker ayam di mulutnya (mungkin dia hendak menguburnya di luar).
Papa Janice terlambat menyadari hal itu. Acos sudah keburu ke luar dan langsung berhadapan muka dengan Unet. Si rakus ini memang sudah cukup lama menunggu di muka pintu hendak masuk.
Jelas, anjing seegois Unet tidak rela ada anjing lain membawa-bawa makanan di depannya. Apalagi, anjing itu hanya seukuran Acos. Hatinya selalu berkata, "makanan itu harus jadi milikku."
Unet hanya mengeluarkan bunyi menggerung sebentar dengan kepala tertunduk, tepat di atas tengkuk Acos. Setelah itu, Unet langsung menerkam Acos dengan suara yang mengerikan. Keduanya pun berguling dengan gigi Unet yang besar-besar menggigit tengkuk Unet.
Mengharapkan Unet menghentikan serangannya jelas tidak mungkin. Karena itu, tiada jalan lain. Papa Janice pun terjun di tengah pertarungan. Dia berusaha membuka dan melepas mulut Unet dari leher Acos. Tapi, tenaga Unet yang besar akhirnya membuat papa Janice ikut terguling juga.
Untunglah, setelah kepalanya dipukul papa Janice entah berapa kali, Unet melepaskan gigitannya. Dia pun menjauh dengan membawa ceker ayam incarannya.
Sementara itu, Acos terdiam di sudut. Dia tampaknya shock dengan serangan yang didapatnya. Lehernya di bagian samping juga mengeluarkan darah cukup banyak. Papa Janice pun terluka tangannya dan meneteskan darah beberapa kali. Untunglah, beberapa hari kemudian luka mereka dapat sembuh sendiri.
Acos yang Malang
Nasib Acos sesudah ada Unet memang sungguh malang. Selain batinnya tersiksa karena segala miliknya dan benda yang diberikan padanya dikuasai Unet, fisik Acos pun juga menderita.
Hal itu terlihat saat mereka berdua bermain dan bercanda. Unet, yang badannya besar itu tentu punya cara bermain yang beda dengan Acos yang mungil dan berpribadi lembut.
Pertama biasanya mereka akan saling menggigit (main-main lho) telinga dan kepala. Tapi, karena mulut Unet lebih besar, seluruh moncong hingga telinga Acos bisa masuk ke mulutnya. Begitu dikeluarkan, maka seluruh kepala Acos akan basah bahkan lengket karena air liur Unet (hiii...).
Lalu mereka main banting-bantingan. Terang saja Acos tidak mampu membanting Unet. Sementara Unet, dengan santainya memasukkan kepala Acos ke mulutnya. Dengan sekali goyang, diarahkannya kepalanya ke arah lain dan terlemparlah Acos.
Sering juga mereka main berantem-beranteman, seperti orang gulat. Tentu saja dengan mudah Acos dipermainkan oleh Unet, bahkan tak jarang Acos juga tertindih oleh badan Unet yang besarnya 5 kali dirinya.
Terakhir biasanya mereka main kejar-tangkap. Acos kadang-kadang memang bisa menang. Tapi sayangnya, mana mungkin badannya yang kecil itu digunakan untuk menangkap Acos (kasihan ya...). Sebaliknya, kalau Acos sedang berlari, dengan mudah Unet menangkapnya. Caranya benar-benar kasar. Kaki depannya yang besar itu langsung saja dijatuhkan di atas badan Acos yang sedang berlari; "bugh!" Sungguh kasihan nasib Acos. Mudah-mudahan saja dia tidak gepeng.
Biasanya, kalau tidak tahan lagi, Acos suka ngumpet di kolong mobil. Unet kan tidak bisa masuk ke sana. Tapi, itu tentu kalau mobilnya sedang diparkir di dalam. Tapi kalau tak ada mobil, Acos hanya bisa pasrah.
Hal itu terlihat saat mereka berdua bermain dan bercanda. Unet, yang badannya besar itu tentu punya cara bermain yang beda dengan Acos yang mungil dan berpribadi lembut.
Pertama biasanya mereka akan saling menggigit (main-main lho) telinga dan kepala. Tapi, karena mulut Unet lebih besar, seluruh moncong hingga telinga Acos bisa masuk ke mulutnya. Begitu dikeluarkan, maka seluruh kepala Acos akan basah bahkan lengket karena air liur Unet (hiii...).
Lalu mereka main banting-bantingan. Terang saja Acos tidak mampu membanting Unet. Sementara Unet, dengan santainya memasukkan kepala Acos ke mulutnya. Dengan sekali goyang, diarahkannya kepalanya ke arah lain dan terlemparlah Acos.
Sering juga mereka main berantem-beranteman, seperti orang gulat. Tentu saja dengan mudah Acos dipermainkan oleh Unet, bahkan tak jarang Acos juga tertindih oleh badan Unet yang besarnya 5 kali dirinya.
Terakhir biasanya mereka main kejar-tangkap. Acos kadang-kadang memang bisa menang. Tapi sayangnya, mana mungkin badannya yang kecil itu digunakan untuk menangkap Acos (kasihan ya...). Sebaliknya, kalau Acos sedang berlari, dengan mudah Unet menangkapnya. Caranya benar-benar kasar. Kaki depannya yang besar itu langsung saja dijatuhkan di atas badan Acos yang sedang berlari; "bugh!" Sungguh kasihan nasib Acos. Mudah-mudahan saja dia tidak gepeng.
Biasanya, kalau tidak tahan lagi, Acos suka ngumpet di kolong mobil. Unet kan tidak bisa masuk ke sana. Tapi, itu tentu kalau mobilnya sedang diparkir di dalam. Tapi kalau tak ada mobil, Acos hanya bisa pasrah.
Tidak Berpendidikan
Banyak orang membandingkan Unet dengan Yogi, anjing golden retriever yang dulu ada di rumah opa-oma Janice. Semua orang setuju bahwa wajah dan tubuh Unet sangat mirip dengan Yogi. Tapi, pribadi dan tingkah laku keduanya sangat berbeda.
Semua mengagumi Yogi yang sopan, kalem dan penurut. Yogi, yang dibawa setelah dewasa dari Amerika, memang dilatih oleh pelatih anjing profesional. Tidak heran, Yogi tidak cuma bisa sit dan shake hand, tapi juga bisa laydown dan rollover. Yogi juga diajari bahwa tempat seekor anjing adalah di luar rumah. Jadi, dia pun tak pernah minta masuk ke rumah. Bahkan bila pintu terbuka pun dia tak pernah masuk. Paling-paling dia hanya melongokkan kepala.
Sesudah Yogi tak ada, di rumah opa-oma Janice ada 2 ekor anjing kampung betina, yaitu Mocca dan Coffee. Keduanya pun bisa dilatih untuk tidak masuk rumah.
Tapi Unet, justru kebalikannya. Setiap saat selalu minta masuk ke dalam; bahkan waktu pintu tertutup sekalipun. Kalau pintu terbuka, jangan ditanya. Dia langsung menyerbu masuk. Bahkan orang yang membukakan pintu pun diterjangnya. Benar-benar tidak tahu aturan.
Janice, papa dan mamanya sering mengatakan, Unet mestinya malu pada kedua anjing kampung itu. "Unet seperti anjing yang tidak berpendidikan," kata Janice. Papa Janice malahan berkata, "jangan-jangan Unet itu anjing kampung."
Unet semakin dianggap tidak berpendidikan karena di rumah opa-oma pun dia merusak.
Yang dirusaknya adalah kain sofa milik oma yang waktu itu sedang diletakkan di belakang. Kain itu oleh Unet digigit hingga robek cukup besar. Padahal, sebelum ada Unet, sofa tersebut sudah ada di situ dan tidak diusik sama sekali oleh Mocca dan Coffee.
Masih di rumah oma, Unet juga merusak semacam rak kayu besar yang digunakan untuk meletakkan vas bunga. Benar-benar tidak berpendidikan ya si Unet?
Semua mengagumi Yogi yang sopan, kalem dan penurut. Yogi, yang dibawa setelah dewasa dari Amerika, memang dilatih oleh pelatih anjing profesional. Tidak heran, Yogi tidak cuma bisa sit dan shake hand, tapi juga bisa laydown dan rollover. Yogi juga diajari bahwa tempat seekor anjing adalah di luar rumah. Jadi, dia pun tak pernah minta masuk ke rumah. Bahkan bila pintu terbuka pun dia tak pernah masuk. Paling-paling dia hanya melongokkan kepala.
Sesudah Yogi tak ada, di rumah opa-oma Janice ada 2 ekor anjing kampung betina, yaitu Mocca dan Coffee. Keduanya pun bisa dilatih untuk tidak masuk rumah.
Tapi Unet, justru kebalikannya. Setiap saat selalu minta masuk ke dalam; bahkan waktu pintu tertutup sekalipun. Kalau pintu terbuka, jangan ditanya. Dia langsung menyerbu masuk. Bahkan orang yang membukakan pintu pun diterjangnya. Benar-benar tidak tahu aturan.
Janice, papa dan mamanya sering mengatakan, Unet mestinya malu pada kedua anjing kampung itu. "Unet seperti anjing yang tidak berpendidikan," kata Janice. Papa Janice malahan berkata, "jangan-jangan Unet itu anjing kampung."
Unet semakin dianggap tidak berpendidikan karena di rumah opa-oma pun dia merusak.
Yang dirusaknya adalah kain sofa milik oma yang waktu itu sedang diletakkan di belakang. Kain itu oleh Unet digigit hingga robek cukup besar. Padahal, sebelum ada Unet, sofa tersebut sudah ada di situ dan tidak diusik sama sekali oleh Mocca dan Coffee.
Masih di rumah oma, Unet juga merusak semacam rak kayu besar yang digunakan untuk meletakkan vas bunga. Benar-benar tidak berpendidikan ya si Unet?
Si Egoissss...
Entah karena badannya besar atau mungkin memang salah asuhan, Unet tumbuh sebagai mahluk yang egois. Dia selalu mau menang sendiri, tidak mau berbagi dan selalu iri (jealous) bila Acos mendapat sesuatu.
Misalnya ada seseorang dari keluarga Janice membelai Acos saja, dia tidak akan terima. Dia langsung menyeruduk di antara Acos dan orang yang membeli Acos itu. Terkadang Acos seperti hendak diinjaknya.
Kalau papa Janice menggendong Acos (biasanya untuk mengajak pergi), Unet lebih marah lagi. Dia akan berdiri dengan kedua kaki depannya terangkat. Dia seperti hendak menerjang Acos sekaligus papa.
Gara-gara Unet, Acos juga tidak bisa menikmati belaian dari orang yang hendak menyayanginya lewat balik pagar. Baru hendak dibelai, Unet sudah datang dan menyerobot tempat Acos. Kalau ada yang ingin memberikan makanan pada Acos, sudah pasti pula Unet yang menyerobotnya.
Soal makanan, egoisnya Unet memang tidak terkira. Sering terjadi, makanan yang diberikan pada Unet tidak habis. Karena kekenyangan, dia pun sudah duduk rebahan di depan pintu.
Pada saat seperti itu biasanya Acos akan mendatangi rantang untuk makan. Unet, yang egois sering kali tidak merelakannya. Begitu Acos mulai makan, dia akan mendekat juga lalu dengan moncong tepat di atas kepala Acos, dia akan menggerung, "gggrrrr... ." Tentu saja Acos takut dan langsung pergi.
Kalau sudah begitu, Unet lalu akan mengangkat rantang itu dan membawanya ke mana-mana dengan mulutnya. Kemudian, dia akan memeluk rantang itu dengan kedua kaki depannya (benar-benar dipeluk lho). Sambil berbaring, dia akan menggerogoti sisa-sisa makanan bahkan menjilati pinggiran rantang sampai bersih. Suara rantang yang berisik pun akan terdengar ke mana-mana, "klontang, klontang!!"
Misalnya ada seseorang dari keluarga Janice membelai Acos saja, dia tidak akan terima. Dia langsung menyeruduk di antara Acos dan orang yang membeli Acos itu. Terkadang Acos seperti hendak diinjaknya.
Kalau papa Janice menggendong Acos (biasanya untuk mengajak pergi), Unet lebih marah lagi. Dia akan berdiri dengan kedua kaki depannya terangkat. Dia seperti hendak menerjang Acos sekaligus papa.
Gara-gara Unet, Acos juga tidak bisa menikmati belaian dari orang yang hendak menyayanginya lewat balik pagar. Baru hendak dibelai, Unet sudah datang dan menyerobot tempat Acos. Kalau ada yang ingin memberikan makanan pada Acos, sudah pasti pula Unet yang menyerobotnya.
Soal makanan, egoisnya Unet memang tidak terkira. Sering terjadi, makanan yang diberikan pada Unet tidak habis. Karena kekenyangan, dia pun sudah duduk rebahan di depan pintu.
Pada saat seperti itu biasanya Acos akan mendatangi rantang untuk makan. Unet, yang egois sering kali tidak merelakannya. Begitu Acos mulai makan, dia akan mendekat juga lalu dengan moncong tepat di atas kepala Acos, dia akan menggerung, "gggrrrr... ." Tentu saja Acos takut dan langsung pergi.
Kalau sudah begitu, Unet lalu akan mengangkat rantang itu dan membawanya ke mana-mana dengan mulutnya. Kemudian, dia akan memeluk rantang itu dengan kedua kaki depannya (benar-benar dipeluk lho). Sambil berbaring, dia akan menggerogoti sisa-sisa makanan bahkan menjilati pinggiran rantang sampai bersih. Suara rantang yang berisik pun akan terdengar ke mana-mana, "klontang, klontang!!"
Ulah Si Rakus
Acos, selain makannya sangat sedikit juga lambat seperti kakek-kakek. Tapi Unet, benar-benar kebalikannya. Dia tidak hanya rakus tapi biang rakus.
Jika biasanya untuk Acos cukup disediakan setengah rantang makanan dicampur nasi dan hati ayam) untuk satu hari (bayangkan), untuk Unet sendiri, satu rantang pun tak cukup. Minimal, dia makan dua rantang penuh setiap hari.
Kalau anjing-anjing lain biasa makan sedikit demi sedikit, Unet juga beda. Begitu diberi satu rantang makanan sekitar pukul 7 pagi, sering kali dia langsung menghabiskannya dalam sekejap. Mungkin hanya 5 menit. Parahnya, setelah itu dia masih bolak-balik mengintip di jendela seperti masih meminta makan.
Kalau sudah begitu, yang jadi korban lagi-lagi ya si kecil Acos. Dia sering sekali tidak kebagian apa-apa. Masalahnya, satu rantang penuh yang telah dihabiskkan Unet itu sebenarnya jatah Acos juga.
Kamu pasti bertanya-tanya; kenapa satu rantang untuk berdua? Kenapa Acos tidak mendapat satu rantang sendiri? Dulu, begitu tahu Unet begitu rakus dan selalu menghabiskan satu rantang sendiri, papa Janice memang langsung memberikan mereka makanan secara terpisah; Acos dapat rantang kecil, Unet diberi rantang besar.
Tapi Unet tidak hanya rakus. Dia juga egois tidak terkira (coba kamu baca bab selanjutnya). Dengan modal badannya yang besar, dia menguasai kedua rantang itu.
Pertama dia memang makan dari rantang yang besar. Tapi, begitu dilihatnya Acos mulai makan di rantang miliknya, Unet langsung tidak terima. Dia segera ikut makan di tempat Acos hingga Acos tersingkir. Tentu saja Acos tidak terima mentah-mentah. Dia langsung mendekati rantang besar milik Unet. Sayang, Unet keburu melihatnya. Dia segera merebut jatahnya kembali.
Hal ini terjadi berulang-ulang hingga dua-duanya sama-sama tak bisa makan. Akhirnya, papa Janice mengajak Acos untuk makan jatahnya di dalam rumah. Tapi, begitu sampai di dalam, ke luarlah sifat buruk Acos. Dia tidak mau makan. Rantangnya cuma dia cium-cium sebentar lalu ditinggalnya pergi. Sebel deh...
Jika biasanya untuk Acos cukup disediakan setengah rantang makanan dicampur nasi dan hati ayam) untuk satu hari (bayangkan), untuk Unet sendiri, satu rantang pun tak cukup. Minimal, dia makan dua rantang penuh setiap hari.
Kalau anjing-anjing lain biasa makan sedikit demi sedikit, Unet juga beda. Begitu diberi satu rantang makanan sekitar pukul 7 pagi, sering kali dia langsung menghabiskannya dalam sekejap. Mungkin hanya 5 menit. Parahnya, setelah itu dia masih bolak-balik mengintip di jendela seperti masih meminta makan.
Kalau sudah begitu, yang jadi korban lagi-lagi ya si kecil Acos. Dia sering sekali tidak kebagian apa-apa. Masalahnya, satu rantang penuh yang telah dihabiskkan Unet itu sebenarnya jatah Acos juga.
Kamu pasti bertanya-tanya; kenapa satu rantang untuk berdua? Kenapa Acos tidak mendapat satu rantang sendiri? Dulu, begitu tahu Unet begitu rakus dan selalu menghabiskan satu rantang sendiri, papa Janice memang langsung memberikan mereka makanan secara terpisah; Acos dapat rantang kecil, Unet diberi rantang besar.
Tapi Unet tidak hanya rakus. Dia juga egois tidak terkira (coba kamu baca bab selanjutnya). Dengan modal badannya yang besar, dia menguasai kedua rantang itu.
Pertama dia memang makan dari rantang yang besar. Tapi, begitu dilihatnya Acos mulai makan di rantang miliknya, Unet langsung tidak terima. Dia segera ikut makan di tempat Acos hingga Acos tersingkir. Tentu saja Acos tidak terima mentah-mentah. Dia langsung mendekati rantang besar milik Unet. Sayang, Unet keburu melihatnya. Dia segera merebut jatahnya kembali.
Hal ini terjadi berulang-ulang hingga dua-duanya sama-sama tak bisa makan. Akhirnya, papa Janice mengajak Acos untuk makan jatahnya di dalam rumah. Tapi, begitu sampai di dalam, ke luarlah sifat buruk Acos. Dia tidak mau makan. Rantangnya cuma dia cium-cium sebentar lalu ditinggalnya pergi. Sebel deh...
Langganan:
Komentar (Atom)